Rabu, 28 Mei 2008

BERDESAKAN PUN JADILAH, YG PENTING KEBAGIAN PAKET SEMBAKO MURAH SDI

PEMIMPIN HARUS SETURUT UCAPAN DENGAN PERBUATAN ....

SBY dalam pidatonya mengatakan : “Tidak mudah menaikkan harga BBM, meskipun harga minyak terus melambung. Padahal subsidi untuk BBM sudah mencapai Rp 260 triliun...’
Senada dengan pernyataan mentri ESDM Purnomo Yusgiantoro menyatakan Pemerintah fokus pada penghematan subsidi BBM. Pemerintah sudah berkomitmen tidak akan menaikkan harga BBM bersubsidi setidaknya sampai 2009.

AGAKNYA Pemerintah perlu menghitung kembali berbagai dampak yang ditimbulkan, jika berencana menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), sebagai respons terhadap terus melambungnya harga minyak dunia. Sebab, masih ada cara lain yang dapat ditempuh untuk menyelamatkan APBN dari tekanan membengkaknya subsidi BBM.( alasan kenaikan BBM didunia hingga 100 dolar/barel) mengingat kebijakan terdahulu saat harga minyak didunia 60 dollar/barel pemerintah sudah 2 kali menaikkan harga BBM hingga 120% lantas KEMANA saja hasil subsidi yang sudah dicabut dari rakyat itu ? kenyataan yang terjadi fakta dan kondisi masyarakat hingga hari ini menanggung beban dampak kenaikan harga harga disegala bidang, tentu saja kemiskinan menjadi jawaban dari kebijaksanaan kenaikan BBM tsb.
masalah minyak bukan saja masalah Indonesia, tetapi sudah menjadi masalah global yang harus disikapi secara bijaksana dan hati-hati. malaysia, korea, thailand dan singapura, tidak bisa semata mata dijadikan contoh sebagai negara yang dapat menjaga stabilitasnya meski ditengah gejolak harga minyak dunia, karena sejak awal mereka sudah menjaga stabilitas itu dengan memiliki kebijakan energi nasionalnya, sedangkan Indonesia hingga hari ini meski banyak orang pintar dan cerdas diatas sana yang mempunyai akses ekonomi nasional (Berkeley,CSIS, dll) tidak pernah berhasil menyusun kebijakan energi nasionalnya, akibatnya jalan pintas senantiasa dipilih dengan menaikkan bbm dengan argumentasi yang tidak singkron dengan aplikasi dilapangan, akibatnya dapat dirasakan masyarakat, stigma yang ada dibenak rakyat adalah BBM naik sama dengan Harga harga selangit... !.
' KETIKA ITU HARGA MINYAK MENTAH DUNIA BERKISAR 60 DOLAR/BAREL TOH PEMERINTAH BERKERAS MENAIKKAN BBM, SELANJUTNYA SETELAH KENAIKAN BBM TH 2005 YAITU SEBESAR 120 % (2X) TIDAK ADA LANGKAH NYATA YG MEMBUKTIKAN BAHWA PENCABUTAN SUBSIDI BBM ITU MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT, JUSTRU HARGA BARANG DAN SEMBAKO SEMAKIN MENINGKAT TIAP TAHUN HINGGA HARI INI, ...."
Haruskah BBM dinaikkan kembali, tanpa ada langkah kongkrit, mengamankan harga kebutuhan pokok dari permainan spekulan, pertanyaan yang perlu dijawab, apakah data tentang konsumsi pemakaian BBM BERSUBSIDI yang dihitung pemerintah itu valid adanya, apakah data itu termasuk juga data BBM yang dioplos dan diselundupkan ke luar negeri ? Setidaknya sebelum mengambil kebijakan menaikkan BBM, pemerintah masih bisa mensiasati APBN ada tiga opsi kebijakan yang bisa diambil pemerintah untuk mengatasi tekanan terhadap APBN. Pertama, meningkatkan penerimaan negara dari pajak ekspor pertambangan dan perkebunan dalam negeri yang saat ini ikut menikmati dampak kenaikan harga minyak tersebut. Kedua, merenegosiasi utang-utang luar negeri. Ketiga, melakukan efisiensi anggaran. DAN JANGAN LUPA sudah seharusnya pemerintah melepaskan diri dari pemain minyak ini yang ada dilingkaran pemerintah (konflik of interest)
masih banyak cara yang dapat menghindarkan diri dari kenaikan harga BBM
Seharusnya pemerintah perlu meningkatkan produksi minyak dalam negeri, setidaknya hingga 1,2 juta barel per hari. "Pada masa Pemerintahan Megawati, tahun 2004 Indonesia menghasilkan 1,2 juta barel per hari. Saat ini pemerintah hanya menghasilkan 910.000 barel per hari," pemerintah masih dapat mengupayakan alternatif lain. Sebagai negara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), pemerintah bisa mendesak negara produsen minyak lainnya untuk turut meningkatkan produksi minyak nasionalnya. atau pernahkah kita berpikir jika OPEC ini tidak menghasilhan efek positif bagi Indonesia, jika benar tidak bermanfaat untuk apa kita bergabung didalam OPEC tersebut ? contohnya saja kenaikan harga minyak dunia saat ini didominasi faktor nonfundamental, yakni ulah para spekulan yang menikmati keuntungan dari kenaikan harga minyak .. ,

Bukankah tugas negara didalam PASAL 34 UUD 45 tentang kesejahteraan sosial terhadap rakyat harus diwujudkan yang hingga saat ini belum sepenuhnya dirasakan masyarakat.., jangan dianggap masyarakat sudah sejahtera dengan perekonomian saat ini, dimana pendapatan tetap dan pengeluaran terus meningkat, tidakkah Presiden ingin dikenang manis dan tidak gemar ingkar janji oleh rakyatnya sendiri ?..., salam

MULTIKULTURALISME


pandangan tokoh muslim Zakiyuddin baidhawy

Satu pelajaran berharga dari evolusi kebudayaan
adalah bahwa realitas multikultural secara
langsung dipengaruhi oleh pola pikir manusia sendiri.
dalam konteks ini,
spirit sawa' memperoleh momentumnya kembali
untuk lahir dengan wajah baru. Tentu saja
melalui pembacaan ulang
dan memperdengarkan kembali secara produktif
untuk menghadirkan kedalaman makna
yang menggairahkan dan mencerahkan kehidupan bersama.

Rentang historis peradaban dunia membawa Islam terus berupaya mencari jalan untuk mengembangkan teknologi yang efektif bagi kehidupan majemuk. Berbagai tradisi filsafat, spiritualitas dan fiqhiyah telah memberi kontribusi penting untuk kemajuan dan pencarian bersama ini. Namun, evolusi kebudayaan sering menjelaskan bahwa gerakan yang diniatkan tidak selalu sesuai dengan cita-cita sosial umat Islam.

Pada faktanya relasi antar agama, antar etnik dan antar budaya – bahkan antar sesama Muslim itu sendiri -- terus mengalami kehancuran ketika perbedaan perspektif, pandangan dan ideologi saling konfrontasi dan berebut kepentingan. Kunci utama agar tetap bertahan tergantung pada cara kita belajar mengelola keragaman dan konflik. Nyata bahwa prioritas untuk menghadapi pluralitas dan multikulturalitas bangsa yang semakin canggih dan percepatannya melalui globalisasi, hanya memperoleh solusi praktis secara kreatif ketika berbagai pandangan dunia Islam dan non-Islam dapat saling berjumpa.

Islam perlu memanfaatkan momentum kebangkitan agama-agama di dunia yang terjadi sejak dekade 70-an, yang berbeda bentuk dan substansinya dari perkembangan pada pertengahan pertama abad 20. Dari segi bentuknya, agama-agama semakin menunjukkan kecenderungan semakin luwes dan umum (general) sebagai lawan dari agama-agama konfesional yang partikular. Dari segi substansinya, agama-agama mulai mengupayakan realisasi komunitas global universal dengan visi dan nasib bersama.

Dalam konteks ini, Islam seyogyanya muncul sebagai agama universal, agama general yang visible dalam penyebaran wacana dan gerakan perdamaian dan peduli terhadap lingkungan hidup. Kesempatan ini pula yang tidak boleh diabaikan Islam untuk menjadi pemain utama arus perubahan dunia menuju kedamaian sejati. Kita berharap, abad 21 akan menyaksikan sebuah kebangkitan religius-spiritual global baik dalam wilayah publik dan privat, meskipun peran marginal dari institusi-institusi keagamaan tradisional masih dapat dilihat dalam kehidupan ini. Di sinilah pentingnya setiap agama mengembangkan dan menguji kembali tradisi masing-masing dalam rangka merespon tantangan ini, tak terkecuali Islam sebagai agama mayoritas.

Belajar dari kegagalan politik penguasa dalam mengelola masyarakat multikultural, paradigma etis Islam multikultural sudah saatnya menjadi sumber kehidupan berbangsa dan bernegara. Islam multikultural adalah sebentuk perspektif teologis tentang penghargaan terhadap keragaman dan "sang lian" (the other). Suatu assessment teologis mengenai agama lain, kultur lain, dan etnik lain, dan penempatannya secara layak dalam wilayah tatanan publik etis. Ia merupakan teologi qur'ani yang membolehkan "sang lian" menjadi "yang lain" sebagai realitas yang secara etis diperkenankan atau bahkan keniscayaan. Inilah perspektif teologis abad 21 yang berkomunikasi melampaui bahasa dan tradisi partikular. Meminjam istilah Abdulaziz Sachedina, ini merupakan "sensibilitas ekumene" dari teologi multikulturalis yang menggambarkan perhatian dan kepedulian terhadap penduduk dunia, mempengaruhi kehidupan mereka melampaui batas-batas komunitas-komunitas keagamaan dan kultural. Tujuan luhur teologi multikulturalis (summum bonum) adalah pembebasan dari belenggu kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, kezaliman, dan ketidakadilan sebagai akibat dari relasi kolonial atas-bawah, dominasi-subordinasi, superior-inferior, menindas-tertindas baik dalam hubungan antaragama, etnik dan budaya.

Sulam Ragam Rajut Harmoni

Islam pada intinya adalah seruan pada semua umat manusia menuju cita-cita bersama kesatuan kemanusiaan tanpa membedakan ras, warna kulit, etnik, kebudayaan dan agama. Ini berarti bahwa dominasi ras dan diskriminasi atas nama apapun merupakan kekuatan antitesis terhadap tauhid, dan karenanya harus dikecam sebagai kemusyrikan dan sekaligus kejahatan atas kemanusiaan. Pesan disinyalir al-Qur'an 3:64: "Katakanlah: Wahai semua penganut agama (dan kebudayaan)! Mantapkanlah manifesto kesetaraan dan keadilan (melalui dialog) antara kami dan kamu".

Dialog bukan semata percakapan bahkan pertemuan dua pikiran dan hati mengenai persoalan bersama, dengan komitmen untuk saling belajar dapat berubah dan berkembang. "Berubah" artinya dialog terbuka, jujur dan simpatik dapat membawa pada kesepahaman melalui mana prasangka, stereotip, dan celaan dapat dikurangi dan dieliminir. "Tumbuh" karena dialog mengantarkan pada informasi, klarifikasi dari sumber primer dan dapat mendiskusikannya secara terbuka dan tulus. Dialog merupakan pangkal pencerahan nurani dan akal pikiran menuju kematangan cara beragama yang menghargai "kelainan" (the otherness).

Dengan demikian, nilai sawa' adalah menyangkut cara manusia melakukan perjumpaan dengan dan memahami diri sendiri dan dunia lain pada tingkat terdalam, membuka kemungkinan-kemungkinan untuk menggali dan menggapai selaksa makna fundamental kehidupan secara individual dan kolektif dengan berbagai dimensinya.

Secara eksperimental, sawa' tampil ke permukaan dan menjangkau perjumpaan antar dunia multikultural yang begitu luas. Ketika manusia hidup melalui perjumpaan agama-agama, seolah kita mendapatkan pengalaman antarkultural (intercultural experiences). Seperti kita berjuang dengan pola-pola sejarah pertentangan berbagai pandangan dunia. Seperti kita melibatkan secara kreatif kekuatan-kekuatan besar dalam kehidupan sipil di mana pertempuran ideologi dan kehidupan terjadi. Pengalaman multikultural ini membuat kita mampu bangkit dan sadar dengan perspektif baru yang lebih memadai.

Pluralitas dan multikulturalitas untuk dialog, bukan pertentangan, adalah teknologi masa depan yang muncul dari pandangan rasional otentik berbasis wahyu progresif yang merupakan dasar bagi semua pengalaman keagamaan dan kultural. Dialog membawa pada pandangan dunia keagamaan dan kultural yang tidak parsial atau ideologi sipil yang tidak diskriminatif.

Sekali lagi, dialog adalah jiwa universal yang melampaui pertempuran agama-agama, konfrontasi pandangan ilmiah dengan kehidupan agama dan spiritual, alienasi dunia etnik yang destruktif, fragmentasi dan disintegrasi kehidupan batin individu, frustrasi kebudayaan-kebudayaan sekuler. Ini dalam upaya membuka ruang dan waktu publik di mana pluralitas pandangan dunia, perspektif, dan ideologi dapat maju bersama-sama dengan spirit perdamaian, rekonsiliasi, pengampunan, nirkekerasan dan berkeadaban.

Penemuan sangat nyata atas pengalaman multikultural yang demikian intensif merupakan suatu keharusan dan kebutuhan yang tak terelakkan. Penemuan ini adalah dasar dan sumber utama diluar perbedaan dan keragaman (diversity) pandangan dunia dan perspektif. Dengan memperoleh akses pada sumber bagi seluruh kehidupan kultural dan mengalaminya, menjadi sangat jelas bahwa umat manusia sedang berada di tengah-tengah transformasi diri yang mendalam dan kematangan kemanusiaan.

Satu pelajaran berharga dari evolusi kebudayaan adalah bahwa realitas multikultural secara langsung dipengaruhi oleh pola pikir manusia sendiri. Bangsa besar yang kedodoran ini telah terkunci dalam pola pikir egosentris. Pola pikir monolog yang membuat kita menderita dan mengalami kegagalan terbesar dalam mengelola pluralitas dan multikulturalitas. Kita merasakan betapa pedihnya kekerasan dan kehancuran relasi antara sesama atas nama etnik, budaya, politik, ideologi dan bahkan agama.

Dalam konteks ini, spirit sawa' memperoleh momentumnya kembali untuk lahir dengan wajah baru. Tentu saja, melalui pembacaan ulang dan memperdengarkan kembali secara produktif untuk menghadirkan kedalaman makna yang menggairahkan dan mencerahkan kehidupan bersama. Spirit sawa' perlu ditumbuhkan kembali sebagai wahana transformasi diri dan transformasi sosial serta membangkitkan pola pikir dan pola hidup dialogis agar lebih dapat meraih kesejahteraan dan kedamaian dalam kehidupan personal dan komunal. Seluruh kemajuan agama, spiritual, rasional, moral, dan politik dalam evolusi kebudayaan harus dikonstruk dalam kematangan dialog dan perjumpaan multikultural secara kreatIf

BERPESTA PORA DISAAT RAKYAT KESULITAN SEGALANYA, DUHHHHH......!

biisnis Setelah Reformasi
Bangkitnya Para Pengusaha lama......

Setelah sepuluh tahun reformasi, taipan-taipan kakap kembali berkuasa. Cantelan ke penguasa tak seerat dulu.

Lagu Birdland mengentak ruang pertemuan di rumah Arifin Panigoro, kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, awal Maret lalu. The Manhattan Transfer, kuartet vokal asal New York, menyanyikannya di tepi kolam kediaman pendiri Grup Medco itu.

…Hey man, the music really turn you on Really? Ya turn me around and turn me on…

Perpaduan vokal Cheryl Bentyne, Tim Hauser, Alan Paul, dan Janis Segal membius ratusan tamu malam itu. Hadir di sana antara lain Menteri Perdagangan Mari Pangestu, politikus Eros Djarot, dan pengusaha Peter F. Gontha. Anggota keluarga Panigoro hadir lengkap. Gelas-gelas wine diedarkan.

Di ruang dalam, Ron King All Stars Big Band baru saja membawa suasana lain. Pemusik trompet asal California itu memainkan swing. Malam itu Arifin ”membajak” para pemusik internasional sebelum mereka tampil di Java Jazz Festival. ”AP juga pernah mengundang Dave Koz ke rumah,” kata seorang anggota staf Medco menyebut inisial nama bosnya. Dave Koz adalah peniup saksofon dari Amerika.

Saat ini memang masa kejayaan bisnis Arifin Panigoro dan keluarganya. Usaha bekas politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu merentang dari Sabang sampai Merauke. Harga minyak yang membubung sampai di atas US$ 100 per barel menggelembungkan kas perusahaannya. Dengan bendera Medco, ia kini mulai membentangkan sayap ke Libya dan Brasil.

Nilai kekayaannya berlipat-lipat. Satu dasawarsa silam, namanya ”tidak terdeteksi” di daftar 77 orang terkaya versi Pusat Data Bisnis Indonesia. Kini ia bertengger di papan atas. Hartanya bernilai US$ 880 juta atau sekitar Rp 8 triliun, menurut majalah Forbes. Tak aneh, ia mudah saja membuat para musisi kelas dunia manggung di rumahnya.

Era reformasi seperti booster bagi Arifin, kini 63 tahun. Ia memang belum menjadi yang terkaya, tapi ia telah menembus kerajaan para taipan yang sebelumnya sudah malang-melintang di zaman Presiden Soeharto. ”Banyak kebetulannya, harga minyak lagi mahal. Coba kalau harga minyak US$ 10 per barel, sudah bangkrut dari kapan-kapan,” katanya merendah.

Dan ia tidak sendiri. Nama penantang baru ini antara lain Trihatma Kusuma Haliman, yang memimpin perusahaan properti Grup Agung Podomoro. Ada pula bekas eksekutif Astra International, Theodore Permadi Rachmat, yang membangun Grup Triputra; Hary Tanoesoedibjo, yang memimpin Bhakti Investama dan menjadi penguasa Bimantara; Chairul Tanjung dengan Grup Para; juga Sudhamek Agung Waspodo dengan Grup Garudafood.

Dick Rachmawan dari PT Actual Data Niaga, perusahaan riset bisnis, mengelompokkan Arifin dan sejumlah pengusaha lain itu sebagai ”raja-raja baru”. Mereka pengusaha papan atas atau pemimpin kawakan perusahaan yang tumbuh sebelum reformasi tapi berkembang pesat setelah rezim berganti. Sebagian besar kelompok usaha itu diuntungkan situasi saat ini. Arifin salah satunya. Selain itu, tingginya permintaan sawit membuat konglomerat yang telah berkecimpung lama di bidang ini bak tertimpa durian runtuh. Triputra Group, yang didirikan Theodore Permadi Rachmat, kini cukup ekspansif mengambil alih beberapa perusahaan kelapa sawit.

Tentu saja, raja lama tetap berkuasa. Contohnya Grup Sinarmas, yang menguasai pasar kertas, sawit, hingga bank. Menurut Actual Data Niaga, kini kelompok usaha Eka Tjipta Widjaya itu menduduki posisi teratas orang terkaya Indonesia. Sukanto Tanoto, yang memimpin kerajaan bisnis Raja Garuda Mas dari Singapura, juga makin besar. Begitu pula Grup Salim, Djarum, Lippo, Ciputra, dan Gudang Garam.

Grup Salim, yang dulu malang-melintang tapi kemudian terempas badai krisis, kini kembali menggurita. Bisnis mereka tetap beranak-pinak, baik di dalam maupun luar negeri. Sebagian aset yang sempat diserahkan ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional sebagai pembayaran utang kelompok usaha itu kini kembali mereka kuasai.

Melalui PT Indofood Sukses Makmur, Grup Salim tetap merajai pasar mi instan dan tepung terigu, meskipun pangsa pasarnya tak sebesar dulu—setelah keran impor tepung dibuka lebar-lebar. ”Kami kini menguasai 70 persen pasar terigu,” kata Franciscus Welirang, wakil direktur utama perusahaan itu. ”Begitu juga pasar mi instan.”

Christianto Wibisono, Ketua Global Nexus Institute, lembaga lobi dan konsultan strategi, mengatakan semua raja lama telah kembali. ”Kalau ada yang dikatakan pemain baru,” katanya, ”sebenarnya mereka pemain lama yang dulu kurang agresif.” Zaman reformasi telah membuat mereka bisa berkompetisi.

Baik pada zaman Orde Lama maupun Orde Baru, para penguasa bisnis membangun kerajaannya dengan mengandalkan kedekatan politik. Ambil contoh Sudono Salim. Ia memulai bisnisnya dari Semarang pada 1950-an, dengan menjadi pemasok Komando Daerah Militer Diponegoro, yang saat itu dipimpin Soeharto.

Salim memanfaatkan Mayor Soedjono Hoemardani, Asisten Logistik Panglima Komando Daerah Militer Diponegoro, sebagai jembatan bisnis. Tahun berganti hingga Soeharto berkuasa di puncak kekuasaan pada 1966. Soedjono berubah menjadi jembatan emas bagi Salim ketika ia diangkat menjadi asisten pribadi presiden.

Lewat priayi Solo itu, Salim alias Liem Sioe Liong mendapat berbagai monopoli. Bersama Probosutedjo, adik tiri Soeharto, ia memperoleh monopoli impor cengkeh dan pengolahan gandum impor. Berbekal privilese luar biasa inilah Salim membesarkan PT Bogasari, yang kini berada di bawah PT Indofood Sukses Makmur. Bertahun-tahun Bogasari menguasai pasar terigu.
Hubungan Liem Sioe Liong dengan Keluarga Cendana semakin kukuh dengan masuknya Sudwikatmono, adik sepupu Soeharto, ke Grup Salim. Bank Central Asia milik Salim juga memberi Siti Hardijanti Rukmana dan Sigit Harjojudanto, dua anak Soeharto, 32 persen saham. Inilah ”persatuan dan kesatuan” penguasa dan pengusaha yang sesungguh-sungguhny a.

Pola serupa dilakukan pengusaha lain, termasuk anak dan cucu Soeharto. Hutomo Mandala Putra memperoleh kekayaan luar biasa dengan tata niaga cengkeh yang diberikan bapaknya. Belakangan, Tommy juga mendapatkan konsesi membuat mobil nasional Timor. Bambang Trihatmodjo menikmati keuntungan tata niaga jeruk. Mereka berdua juga banyak bermain di bisnis perminyakan dengan Pertamina. Ari Sigit sebetulnya juga bakal menikmati tata niaga minuman keras dengan mendapatkan cukai. Tapi konsesi ini dibatalkan.
Para taipan juga ugal-ugalan membangun bisnis. Mereka tidak membesarkan usaha dengan itung-itungan bisnis yang sehat. Begini polanya: para taipan merambah berbagai bidang dengan utang yang dikucurkan bank milik mereka sendiri. Dengan tekanan pemilik, bank-bank itu melanggar prinsip kehati-hatian. Mereka juga jorjoran meminjam dari kreditor asing.

Krisis keuangan menghantam Asia pada 1997. Bagaikan tsunami, krisis menyapu bangunan ekonomi bertiang rapuh itu. Kekuasaan Orde Baru juga oleng. Mahasiswa di berbagai kota mulai turun ke jalan, sesuatu yang sebelumnya dilarang.

Aksi memuncak ketika pada Maret 1998 Soeharto terpilih kembali menjadi presiden. Ia mengangkat Siti Hardijanti dan Bob Hasan, kroninya, sebagai menteri. Ketika itu, Soeharto juga sempat menaikkan harga bahan bakar minyak. Mahasiswa berteriak: turunkan Soeharto, turunkan harga.

…12 Mei 1998

Empat mahasiswa Universitas Trisakti tewas ketika berdemonstrasi di kampus mereka. Peluru aparat keamanan menembus mereka: Elang Mulya Lesmana, Hafidhin Royan, Hery Hertanto, dan Hendriawan Sie. Kerusuhan menjalar di mana-mana. Soeharto menyerah. Ia mundur pada 21 Mei tahun yang sama Bisnis para konglomerat ikut runtuh. Melemahnya dolar membuat mereka tak sanggup membayar utang. Lengsernya Soeharto juga mengakibatkan patronase yang dibangun sebelumnya tak banyak gunanya. Apalagi Dana Moneter Internasional sebagai ”juragan baru” Indonesia mensyaratkan liberalisasi ekonomi dan pencabutan banyak konsesi.

Walhasil, mereka harus menyerahkan aset-aset ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional untuk membayar utang. Tapi tidak semua dari mereka karam, karena telah menyiapkan sekoci. Jauh-jauh hari, sebagian dari mereka mengalirkan uangnya ke luar negeri. The International Herald Tribune menulis pada 16 Mei 1998, para taipan Indonesia memarkir uangnya di kantor bank-bank Eropa di Singapura.

Mereka juga memiliki perusahaan yang dikendalikan dari Jakarta. Grup Salim menguasai First Pacific Co., yang terdaftar di Bursa Efek Hong Kong. Eka Tjipta Widjaja, pemimpin Sinarmas, menurut Herald, memiliki hotel di California dan Texas, Amerika Serikat. Keluarga Wanandi, yang membangun Grup Gemala, juga memiliki saham di Arvin Industries Inc., perusahaan pembuat peralatan otomotif di Amerika Serikat.

Dick Rachmawan menyebutkan para taipan juga membangun ”two dollars company”: perusahaan beralamat British Virgin Islands atau Kepulauan Mauritius dengan pola kepemilikan berliku-liku bak labirin. ”Ini perusahaan yang hanya beralamat PO box,” ia menjelaskan. Tapi merekalah yang menjadi pengendali berbagai bisnis di seluruh penjuru dunia.

***l

Lewat perusahaan-perusaha an sekoci itu, antara lain, para konglomerat meraih kembali kejayaan bisnisnya. First Pacific kini memiliki 51 persen Indofood, dengan bendera CAB Holding Limited. Beberapa perusahaan yang beralamat di Mauritius—dan diduga milik para taipan lama—juga membeli sejumlah aset di Badan Penyehatan Perbankan Nasional.

Badan Penyehatan juga menjadi pintu investor asing untuk menyerbu Indonesia. Perusahaan Malaysia dan Singapura pun mendapat berkah reformasi: membeli aset-aset eks konglomerat dengan harga obral.

Holding pemerintah Singapura, Temasek, dan holding pemerintah Malaysia, Khazanah Berhad, menjadi pemangsa banyak perusahaan kakap Indonesia. Untuk mengejar setoran ke anggaran pendapatan dan belanja negara, pemerintah kala itu memang menjual aset-aset tersebut dengan harga rendah.Para konglomerat juga telah mengambil pelajaran dari krisis. Menurut ekonom Faisal Basri, mereka kini berfokus pada bidang-bidang yang mereka kuasai. Christianto Wibisono menyebutkan mereka kembali ke bisnis inti. ”Mereka kapok macam-macam,” ujarnya.

Di zaman reformasi, lobi-lobi politik juga tak menjadi beban utama pengusaha. Para pelaku usaha tetap menjalin hubungan dengan politikus, tapi tak sekental dulu. Mereka ”berinvestasi” ke kanal-kanal politik, termasuk para anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

Pande Radja Silalahi, ekonom dari Center for Strategic and International Studies, mengatakan para konglomerat dulu mengembangkan usaha berdasarkan keinginan pemerintah. ”Sekarang dibiarkan mengikuti mekanisme pasar, yang kadang-kadang bahkan tak sesuai dengan kepentingan nasional,” tuturnya.Dengan mekanisme pasar, pengusaha yang sudah telanjur kuat akan terus menguasai pasar. Itu sebabnya, menurut Arifin Panigoro, penguasa ekonomi Indonesia tetap kelompok yang sama dengan sepuluh tahun lalu. ”Empat L: lu lagi lu lagi…,” katanya.

Lagu Birdland terus mengentak:
…down them stairs, lose them cares. Where?

Sumber: Majalah Tempo, Edisi. 12/XXXVII/12 - 18 Mei 2008,